Gelak tawa mengisi sudut-sudut ruangan, candaan-candaan terurai dari bibir para perajut mimpi. Hari itu, langit menunjukkan keagungannya, biru yang begitu bersih ditemani awan putih yang membantu memayungi alam. Kabut yang tadinya bertengger, beranjak naik meninggalkan bumi seolah menyisakan angin segar bagi rerumputan. Hangat, mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kilau mentari pada pagi hari ini.
Hari itu, aku mengenalmu, dua merpati putih yang saling enggan untuk meninggalkan satu sama lain. Menjadi sayap yang mendorong keduanya untuk tetap terbang beriringan melintasi alam semesta. Menyusuri pelangi yang melingkari bulatnya bumi. Hari itu, aku menyapamu lagi, menghirup nafas panjang melihatmu menyunggingkan senyum itu, melengkung indah menghiasu warnamu. Sebenarnya, pertemuanku denganmu sudah berlangsung sejak lama. Sejak saat aku dan kamu saling menatap tanpa mampu berucap. Sejak aku dan kamu, belum menjadi kita.
Jauh dari hari ini, aku masih menutup diri, aku masih berkeras hati. Aku ingin hidup sendiri, aku bisa hidup sendiri. Muak rasanya, tak dihargai, selalu menyesal dan diinjak saat kaki mencoba bangkit untuk berdiri. Aku yang bersumpah, tak akan lagi dengan mudahnya aku menaruh hati. Jauh, jauh dari masa ini, aku sudah terlalu banyak berbohong, bukan hanya untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri. Sampai akhirnya aku kini menyerah, bukan karena aku lemah, hanya saja, apa salahnya aku mengalah?
Terlalu keras batu menabrak bumi, terlalu dalam luka yang ia sisakan di hamparan tanah ini. Entah seberapa lama, seperti goresan yang menetap di dalam diri ini. Makian demi makian yang bergulir seperti air yang awalnya menyakiti segores luka, lambat laun ia akan terbiasa bahkan saling membutuhkan. Ya, aku membutuhkan makian, aku terlalu candu, makian yang membuatku lupa, akan kesalahan bodoh yang pernah aku perbuat. Tapi aku harus bangkit. Sampai kapan aku membodohi diri sendiri? Tangan ini menggapai-gapai pijakan, berusaha menopang tubuh untuk dapat tegak berdiri.
Hari itu aku membalas senyummu lagi, senyum yang kini bisa aku dapatkan hampir setiap hari. Mencoba membuka hati, bukannya pasrah, aku malah ingin memberanikan diri. Sekarang, bahkan bukan hanya senyuman yang aku inginkan, tetapi kamu yang aku harapkan. Mengikuti merpati, aku mencoba berjalan mengiringi. Mulai hari itu, aku bukan hanya harus menjaga hati ini tetapi menjaga diri orang yang aku sayangi.
No comments:
Post a Comment