3.15.2014

Cahaya Kecil


Sebutir berlian tidak akan pernah tercipta sempurna. Seindah apapun butir-butirnya yang terhampar luas, pasti ada perbedaan disetiap pandang mata yang mengamatinya. Tentu tidak semua mata dapat membedakannya. Hanya orang-orang terpilih dan berani memilih yang mampu abadikannya. Begitu murni, begitu mewah, dan begitu sempurna... Selalu dipuja, di elu-elu-kan... Tak urungkan sebutir kemurnian itu lepas dari setitik noda. Hanya yang silau akan kemewahan lah yang buta dengan setiap celah kerusakan yang dialami berlian. Berlian yang sesungguhnya rapuh, tak sekuat apa yang orang-orang teguhkan, tak seindah apa yang mereka suarakan, kekuatan yang tak nyata diimpikan. Ya, berlian tak pernah meminta diciptakan begitu terpandang hebat. Berlian hanyalah berlian. Batuan murni yang terbuat dari tetesan alam. Yang tak seharusnya membutakan setiap mata yang berlomba-lomba memilikinya.
Sama seperti pagi yang cerahnya mengalahkan berlian. Tetapi mereka yang telah buta, tak bisa bebas bersyukur dengan apa yang menghidupinya. Mentari meninggi dengan anggunnya, filosofis dunia tak satupun yang dapat menandinginya. Disandang oleh sejuknya hempasan angin yang membawa embun-embun mengalir lembut dipepohonan, tertopang indah diatas jutaan bahkan milyaran daun-daun yang turut berselimut kabut. Ya, seseorang yang kini mengira inilah berlian yang nyata, inilah keindahan yang telak sempurna. Cacat tak mampu menguburkan sejuta impian darinya. Menelan titik-titik harapan buruk tentangnya. " Tetapi, ini hanyalah alam, bukan aku, lantas apa peduli-ku dengan dunia ? Hanya alam yang mampu berbuat indah tak terduga " suara itu terdengar semakin sesak dan pilu.
Suara yang tak mampu meneriakkan kebebasan sejatinya. Ia yang tak mau lukiskan kebahagian yang ia bilang, ia tak pernah ia mengalaminya. Semakin sakit ia rasakan, semakin dalam ia terjebak dalam kesunyian. Kesendirian yang begitu menyelimutinya bahkan hampir setiap orang yang melihatnya, berkaca-kaca dan seolah merasakan penderitaannya jika mereka mampu menafsirkan apa yang seseorang ini ingin katakan.
Gadis yang tak setua apa yang menjadi masalahnya dan tak sepantasnya bertingkah terlalu muda. Karena kini, ia harus menghadapi hidupnya, hidupnya sendiri yang tak sengaja dibuatnya hampa. Berkali-kali ia bersenandung diam, menggulirkan kalimat-kalimat menyayat yang sama sekali tak menghiburnya. Menggoreskan luka dalam yang dibuatnya sendiri tanpa bantuan. Ia tak pernah berniat mengakhiri hidupnya, hidup mereka, atau bahkan hidup sang alam. Karena Penciptanya pasti akan murka dengan setiap tingkahnya. Gadis ini tak mau hal itu terjadi.
Entah apa yang ia rasakan sekarang, cinta yang berhambur menggenapkan seluruh hatinya, atau benci yang meluap yang tak mampu lagi ia bendung dengan tangisnya ?
Ya, ia tak lagi merasakan kebahagiaan seperti yang dulu orang-orang ciptakan untuknya, yang mereka buat bersama dengannya. Ia kini hanya merasa begitu terpuruk. Bahkan tangis tak mampu lagi mengungkapkan arti dari semua.
Ia yang kini merasakan kekecewaan dengan apa yang diperbuatnya, membuat mereka yang menyayanginya, seolah menjauh pergi dan terhapus dari benaknya. Ia yang kecewa karena dirinya. Menangis pahit dan menyesali yang takkan kembali.
Sungguh, kalau ia boleh meminta, kalau ia harus bersujud membeku. Ia akan melakukannya. Kalau saja seseorang yang ia sayangi mengerti, bahwa ia tak sanggup sendiri, meskipun itu sehari.. Semenit.. Ataupun sedetik. Kehilangan itu sangat menderanya. Ia memang tak pernah berkata, karena ia memang tak mampu melakukannya. Ia tak ingin, begitu orang yang ia sayangi tahu, begitu berat baginya untuk melepasnya pergi, untuk merelakannya kembali.
Kini suasana begitu keruh, maaf yang ia keluarkan bertubi-tubi datang menghakiminya. Membuat ia jatuh didalam lautan penyesalan. Maaf.. maaf... maaf...
Hanya itu yang kini mampu ia katakan dalam bisikan yang jauh disudut hatinya. Karena ia tau, seseorang yang kini melangkah pergi, tak dapat lagi menjangkau senandungnya.
Sungguh, jika ia bisa meminta untuk menjadi sebutir berlian, maka ia akan lakukan. Ia ingin, berlian itu terkirim tepat ke seseorang yang sungguh ia sayangi, yang pergi karena ulahnya yang tak pasti. Karena ia tak sempurna, namun cintanya yang menutupi segala noda yang menyelimutinya. Karena cinta dan berlian begitu murni, bahkan hanya untuk dirasakan.

No comments:

Post a Comment