Hai, Alam. Hari ini cerah sekali ya? Aku ingin bercerita padamu, boleh? Haha maafkan aku kalau aku hanya bisa menyapamu lewat senyuman setiap hari dan bercerita disini, karena apa? Karena aku tau, kalau bukan hanya kau saja yang ingin tau keadaan ku, orang-orang diluar sana ternyata juga ada yang mempedulikanku, aku baru menyadarinya haha. Alam, maafkan aku. Aku tau aku salah, aku terlalu banyak menyingkirkan diriku sendiri di luar sana. Aku terlalu banyak bertindak dalam diam. Itu aku lakukan karena aku tak ingin mereka kecewa karena aku terlalu memikirkan apa yang seharusnya aku tinggalkan. Ya, itu bukan tugasku, mereka katakan. Tapi bagaimana bisa aku berdiam diri ketika seraut wajah yang tak yakin dengan dirinya sendiri termenung diam dalam lautan beban kewajibannya. Aku hanya ingin sekedar membantu, tapi seakan ketika aku bertanya pada mereka, seolah mereka tak peduli. Namun saat aku menjalankannya, tak sedikitpun dari mereka yang menghargai. Aku menyadarinya, Alam, ini salahku, aku terlalu banyak bertindak dalam diam. Ahiya, aku lupa bertanya padamu. Apa kabar, Alam? Apa kau cukup baik? Kulihat kalian sangat bersemangat hari ini. Menyejukkan dikabut pagi, hangat saat menjunjung terik semangat Mentari, dan Hujan yang Tuhanku kirimkan lewat kau, sangat membuatku semakin bersyukur. Hingga hidupku lengkap hari ini, aku harap aku akan menerima kebahagiaanmu juga hari esok dan seterusnya. Agar aku tetap bisa tersenyum, agar aku bisa memahami keadaan, agar aku dapat berlindung ketika masalah berat menghampiri setiap mili hidupku.
Alam, boleh aku bercerita padamu malam ini? Aku tak tau lagi harus mengadu ke siapa. Aku tau Tuhan pasti mendengarkan setiap keluhanku. Tapi malam ini, aku sedang tak mau mengeluh padaNya. Aku takut, aku akan terus menjadi hamba yang tak menghargaiNya. Walaupun aku sangat sayang padaNya.
Alam, sepertinya semakin aku ingin menceritakan hariku, dadaku semakin sesak. Aneh, padahal sebelum aku pulang kerumah tadi, aku berjanji akan bercerita padamu. Aku sungguh senang hari ini, aku bisa berkumpul dengan yang lain, menikmati setiap ketukan detik yang menghentak, mengingatkanku kalau waktu adalah yang paling berharga. Ya, aku terlalu menyianyiakan waktu. Maafkan aku, Alam, tapi inilah yang ingin aku ceritakan padamu. Bahwa aku bukanlah sosok yang kuat seperti yang orang-orang banggakan, bahwa aku tak mampu menahan aliran waktu yang semakin membentang. Seakan aku ingin sekali menghentikan jarum jam dunia, jam milik Tuhan semesta, agar aku bisa menangis sekerasnya tanpa siapapun mendengar atau terganggu karenanya. Aku bukan sesempurna yang kau ceritakan. Amarah dan kekecewaan meluap dalam diriku, namun kebodohanku yang tetap saja mengunci semua itu dalam diam yang tak membantu. Membuatku semakin sesak dan tertusuk dalam ruangan rapat tak bercahaya. Seperti boneka yang tak pernah dianggap pemiliknya. Alam, apa aku salah, jika aku terus meratap dan memohon tanpa tujuan? Tidak, aku punya tujuan. Aku ingin bebas dari segala ketersudutan. Ya, aku ingin bernafas layak seperti yang orang-orang lakukan. Alam, mungkin hanya ini yang bisa kukatakan. Kini, rasa sakitku semakin parah. Aku harap kekecewaan ini tak berlangsung lama.
No comments:
Post a Comment