Indah .. terasa indah
Bila kita terbuai dalam alunan cinta
Hujan yang datang, membawa kesejukan yang amat dalam. Menghembuskan angin yang begitu sejuk. Sangat istimewa tidak pernah seperti sebelumnya. Meskipun sebenarnya hujan selalu istimewa dan berbeda, namun inilah yang paling sempurna.
Hujan yang tidak lagi membawa tangis ketika kau melihat bayang semu milik ia yang kau harap tau dan mengerti, kapan alunan kasih itu datang.
Sedapat mungkin terciptakan rasa
Keinginan saling memiliki
Ketika kau sudah cukup untuk berlari, mengejar satu hal yang tak kunjung pasti. Ketika kau sudah lelah untuk bertahan dan kau berpikir bahwa ini saatnya kau melawan. Tetapi tidak, rasa itu yang membuatmu seolah diam, bukan termenung, tetapi menunggu menyaksikan setiap bibit yang kau tanam dapat mengikat kalian kelak. Menghasilkan sesuatu yang indah yang dapat kalian rasakan.
Namun bila itu semua
Dapat terwujud dalam satu ikatan cinta
Saat semua itu sudah tak lagi menjadi sebuah harapan.. Saat topang demi topang tak lagi menuntunmu berjalan untuk meraihnya. Saat rasa itu terlihat sudah semakin nyata..
Tak semudah seperti yang terbayang
Menyatukan perasaan kita ...
Tetapi, herankah kau? Ketika semua yang kau bayangkan, hanyalah telak didalam mimpi? Hanya mengalir karena egomu sendiri? Perih bukan?
Kau yang bermain dengan caramu, aturan yang kau buat dengan begitu abstrak, yang hanya ingin memenangkan ego-mu, bukan hatimu.
Tetaplah menjadi bintang di langit
Agar cinta kita akan abadi
Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini
Agar menjadi saksi cinta kita
berdua ... berdua ...
Apakah semua itu harus dipertanyakan? Tanya saja kepada dirimu sendiri, dasar bodoh. Apa kau tidak mau mengakui kesalahanmu?
Ya, semua yang berlari memang tak selalu ingin berlari, sesuatu yang bertahan memang tak selalu benar benar bertahan. Apa yang kau pikirkan? Menghardik diri lagi atau kali ini lebih keras?
Inilah aku, yang selama ini mengharap bintang dilangit menggapai asa-ku, menyajikan sesuatu indah yang dapat kurasakan setiap harinya. Cinta.
Namun, ketika bintang memberikanku satu kesempatan, aku seperti bermain-main dengannya. Membuat ia yang aku kasihi, tak merasakan apapun yang nyata. Karena, ya, aku berkata, aku hanya mempermainkannya.
Aku begitu memahami-mu, kalau kau merasakan ego-ku, maafkan aku... Kau boleh mencaci-ku. Tetapi, jangan tinggalkan aku.
Sudah .. terlambat sudah
Kini semua harus berakhir
Mungkin inilah jalan yang terbaik
Dan kita mesti relakan kenyataan .. ini
Menjadi saksi kita berdua ...
Ketika semu terlihat terlalu nyata, saat itulah aku tahu, aku memohon padamu...
Aku yang kini terbelenggu dalam bualan bintang...
Yang terlalu memujamu...
Maafkan aku..
No comments:
Post a Comment