Disuatu pagi yang senggang, denting piano terdengar melantun dengan indahnya, menggetarkan setiap bilah-bilah tuts yang berjajar rapih, membuatnya seakan terlihat beerlomba menunjukkan siapakah dirinya. Seperti seseorang yang kini termenung dibelakang kursi sang pianis, namun tangannya tetap lincah menari diatas hamparan sekat hitam dan putih yang sambil berusaha memperdengarkan alunan suara sendunya. Senandung yang bahkan tak ada orang awampun dapat menafsirkan melainkan hanya terpukau karena melodinya. Suara yang semakin tak beraturan, meyakinkan para penikmatnya bahwa dirinyalah sosok yang paling terpuruk, mengartikan emosinya yang amat mendalam.
Bayangkan saja? Di pagi secerah ini bahkan tak mampu meredam suasana kegelisahan yang seharusnya tak digulirkan oleh ' si yang selalu terlihat sempurna '.
Waktu terus berlalu, sekalipun nafas tetap berganti, tak juga menghapus kenangan kelam yang bahkan pahit tuk dikenang. Entahlah . . .
Cerita biasa hanya untuk dibaca, tetapi cerita istimewa, itulah yang akan dirasa setiap jiwa manusia. Seperti indahnya cinta, siapa yang mampu menyia-nyiakannya? Hanya orang-orang yang tenggelam dalam kemunafikannyalah yang rasakan kebutaannya. Orang yang justru memilih peduli tentu akan melihat keagungannya. Ya, terpilih dan memilih . . . Jelas jauh berbeda.
Sosok yang sedaru tadi duduk sekarang benar-benar terdiam bertopang tangan seolah ia yang paling bersalah. Ialah yang terbelenggu, ia yang terpaku dalam keindahan cinta yang kemudian beranjak menjadi kesengsaraan. Jeritan demi jeritan dalam hatinya ia padamkan seiring dengan berakhirnya tetesan air di pelupuk matanya. Mengiring kepiluannya.
Ia hancur, ia telah mengabaikan benih putih halus bernama ketulusan. Yang setiap butirnya serasa manis jika orang yang masih memiliki dapat ikhlas memberi. Tapi ia telah gagal, menghamburkan detik-detik yang dirasa utuh kini berkeping adanya. Sosok yang semakin larut dalam perjalanan waktu, sosok itu adalah Aku. Yang terjerembab dalam bulir keruh karena kilaunya . . . -end-
No comments:
Post a Comment