2.22.2014

Biru yang Tak Sendu

Langit, entah bagaimana aku dapat menjelaskannya. Terkadang Langit terlihat begitu anggun, tetapi kadang ia juga seperti berbicara pilu. Langit yang berwarna biru berselimut kabut tipis putih lembut bernama Awan, menjadi terlihat tak begitu Biru, terang namun tak cemerlang. Biru yang awalnya ceria, layaknya seorang
bocah kecil, yang selalu ingin tahu, belajar untuk menjadikannya sosok dewasa yang kuat nantinya. Biru yang menggambarkan suasana riang alam yang begitu hebatnya. Tapi seakan hilang semua arti si kecil Biru, jika Awan yang menemaninya perlahan berubah kelabu. Seolah, Biru telah diajarkan betapa harunya menjalani kehidupan. Betapa ia ingin kembali ke masa lalunya dan memperbaiki sang Awan yang tak pernah dianggapnya berguna. Padahal, Langit Biru yang sedari dulu hidup berdampingan dengan Awan merasakan kebahagiannya tanpa ia berterima kasih dengan kehadiran Awan.
Siapapun yang membaca ini pasti bingung dan bertanya-tanya mengapa aku membicarakan hal ini? Mungkin bagi kalian ini tidak penting. Aku juga sempat berpikir seperti itu. Apa gunanya aku berbicara tentang pendapatku kalau tak ada satupun yang mempercayaiku? Tetapi, inilah saatnya aku berbicara. Saatnya aku menjelaskan sesuatu lewat tulisan tanganku. Mengetik lebih tepatnya. Posting ini akan menjelaskan isi blog ini secara keseluruhan. Tentu saja tidak secara terang-terangan. Dan kecuali posting tentang pengetahuan. Haha.
Ya ia ingin berterima kasih pada Awan, sungguh, Awanlah yang mampu membuat Langit lebih berwarna, membuat sejuta ekspresi yang dirasakan Langit. Membuat Langit selalu dipuja akan keindahannya dan umat yang bersujud ketika Langit seperti memarahinya.
Ya, Biru nya langit memang tak selamanya murni. Selalu ada Awan yang ada tuk mendampingi.

No comments:

Post a Comment