Jika air yang mengalir dibiarkan terus mengalir tanpa diisi, apa akan bertambah? Tidak. Justru air itu lama kelamaan akan surut dan habis, yang ada hanya bulir bulir air yang ditinggalkan. Sama seperti cinta.. Saat cinta dibiarkan terus mengalir apa adanya entah itu marah, sayang, benci, dan rindu terus dibiarkan mengalir.. Apa akan ada yang tersisa? Cinta lama kelamaan akan menghilang. Meskipun saat jenuh cinta masih tetap tersisa seperti bulir air yang tertinggal, itu hanya akan menjadi kenangan. Kenangan yang hanya untuk dikenang...
Tidak, tidak semua orang menganggap kenangan hanya untuk dikenang, dan kenangan sendiri memang ada yang harus diulang. Dengan peristiwa yang sama, orang yang sama, tetapi waktu yang berbeda. Ya, semua
itu dilakukan untuk orang-orang yang menginginkan sebuah kesempatan akan terwujud dengan sempurna. Maaf tak kan ada artinya, tangis yang tak ada habisnya. Maaf yang berujung memohon meminta sebuah kesempatan. Mengiringi harapan. Mengapa semua orang meminta maaf dengan suatu tujuan? Bukankah itu termasuk hal yang tidak tulus? Lalu apa guna kesempatan diciptakan? Untuk mengulang kesalahan yang sama atau bahkan lebih buruk?
Seperti pertanyaan yang tak akan berujung.
Sebuah harapan terbit karena kepercayaanNya pada semua orang yang bersyukur, berharap bahwa mereka dapat mengendalikan takdirnya. Tetapi, pilihan yang ada didepan mata justru diabaikan oleh si pengatur jiwa. Seolah pilihan-pilihan itu bergulir melawan arus kelu. Ya, karena semua orang begitu takut untuk menatap takdirnya, menjalani kehidupannya dengan nafas yang berbeda. Dengan jiwa yang tak seharusnya sama.
Aku bisa menduga, kalau ternyata mereka terlalu bodoh. Ya, aku adalah mereka. Aku amatlah bodoh melewatkan setiap pilihan yang tegap berdiri dan tak sedikitpun menyapa atau bahkan menengoknya. Karena aku terlalu sombong untuk membiarkan sebuah kehidupan akan berjalan sempurna sendirinya. Aku terlalu naif mengharap sejuta keinginanku untuk terbang dan tercipta. Aku bodoh.
Dan aku terlalu munafik mengabaikan setiap maaf yang tergantung dilangit. Bahkan tak mengucap maaf karena aku terlalu egois. Namun, apakah itu semua yang aku inginkan? Tidak.
Aku tetap ingin hidupku berlalu sempurna. Hanya aku terlalu takut untuk menatap sebuah pilihan, pilihan yang aku tahu apa yang harus aku korbankan. Aku tak mau mengorbankan siapapun, aku tak mau mengorbankan apapun. Ya, dengan begitu, lebih baik aku yang korbankan diriku. Karena aku yang begitu pengecut.
Lalu, apa hubungannya sang air yang dibiarkan mengalir dengan sebuah pilihan yang berlalu?
Air, suatu kesempurnaan yang tercipta bukan dengan sendirinya. Air tidak berlalu karena sebuah kesempatan, air mengalir karena suatu tujuan. Tujuan yang tak pernah berakhir, tujuan yang tak selalu dianggap penting. Sebuah jalur yang tidak semua orang mampu melewatinya, ini dilalui air. Air tak menunggu kesempatan datang, tapi air menembus suatu pilihan. Apakah ia akan bertahan disebuah kayu lapuk yang rentan atau ia menerobos jalur kecil yang ia buat sebagai air yang mencoba kuat. Air tidak akan kembali ke tempat yang telah ia lalui untuk meminta kesempatan. Secerca harapan untuk membuatnya semakin sempurna. Tapi ia begitu hebat sehingga tak menyesali suatu kesalahan dan berjalan terus melawan segerombol rintangan.
Cinta mengalir seperti air, yang mengejar pilihan, bukan kesempatan.
No comments:
Post a Comment