Mendung, tak semestinya mendung kini datang menghampiri. Mendatangi aku yang sebelumnya tak ingin rasakan pedih itu. Kalimat demi kalimat yang ia lontarkan makin membuatku hilang arah. Jembatan, ya jembatan yang aku bangun sejak lama kini seketika patah dan menghancurkan harapanku yang bahkan belum sempurna aku membangunnya. Aneh, seseorang yang bahkan seharusnya tak memiliki alasan untuk tahu semua rahasiaku, ia seperti membuatku luluh dari setiap pemberontakan kecilku. Bagaimana tidak?
Seseorang yang harusnya nyata dan dapat membuatku mengerti serta memahami sebuah kenyataan, justru membuatku semakin terpuruk. Dan kini, sosok baru yang hadir dalam mimpiku, khayalan bisu yang menjelaskan siapa sebenarnya aku, malah ungkapkan segala kenyataan yang bahkan akupun tak tahu.
Terkadang aku senang dengan keadaan yang dibuatnya, namun terkadang begitu sakit mengingat apa yang aku pikirkan tentang hal yang ingin ia sampaikan. Ia memang tak pernah jujur dalam segalanya, itu yang mungkin membuatku merasakan segalanya menampilkan keindahan bukan keterpurukan dan berbagai hal buruk yang menyelimutinya.
Tidak, ia jujur, ia selalu jujur, ia mengajarkanku untuk tahu dan melihat dari berbagai sudut pandang, dari berbagai emosi untuk menghadapinya. Ya, ia ajarkan itu. Ia tak ingin berbohong, ia tak pernah mau melakukannya. Tetapi, siapa aku? Siapa ia? Siapa mereka? Ia memang mempunyai hak untuk percaya dan dipercaya, namun apa aku bisa sepertinya? Tidak. Ia terlalu mengenalku, ia begitu banyak mengetahui sisi yang telah tertutup rapat untuk orang lain dapat menyingkapnya. Ya, jika aku mengenalnya jauh, mungkin aku yang akan merasakan pahit dan perihnya, tetapi sekarang? Ia yang memahami ku dan apa aku juga akan berpikir bahwa aku akan menyakitinya? Mungkin, suatu saat. Saat aku tahu apa itu kebenaran dan siapa yang berhak menikmatinya.
No comments:
Post a Comment