Malam yang aneh, semua org ungkapkan dinginnya, namun aku? Begitu hangat bahkan panas ku rasa. Tak bisa bersyukur, biasanya pasrah aku terima ketika dingin menusuk jantungku yang terdalam, buatku terbatuk-batuk menahan sakit yang begitu hebatnya. Bukan karena alam yang setia meniup angin malamnya, tetapi aku yang malang, memang selalu terlarut akan kesedihan yang terus mendera. Tapi kini? Hangat yang begitu menyengat...
Tetap tak bisa membuatku bersyukur. Kenapa? Karena aku hanya rasakan ini sendiri, hanya lalui-nya tanpa arti. Kala seseorang disana berjuang tuk mengetahui apa yang aku butuhkan, yang ku lakukan, hanya menutup diri, amat bodoh bukan?
Sungguh, jika aku tercipta kuat, aku pasti kan bertahan untuknya. Untuk ia yang selalu memberi kehangatan tanpa nama. Apa daya? Manusia tak berakal pun tak mau dibodohi bukan? Bayi murni polos tak bernoda, selalu ingin tahu alasan ia ada didunia.
Begitupun aku, pahit rasanya kalau aku tak tahu untuk apa orang-orang yang tak kuketahui begitu peduli padaku, tanpa aku tahu harus kemana terima kasih ini terucap?
Aku bodoh, ya bodoh, terlalu lama berlarut dalam luka dalam tanpa sedikitpun jiwa membela. Tersudut di kegelapan yang ku buat sendiri. Mengutuk diri dengan seribu bahasan hina tentang sepi.
Aku, raga yang tak pernah bisa bangkit oleh semangatnya sendiri yang hanya menutup pintu khayalnya. Membuatnya jatuh dan semakin terpuruk membisu.
Ingin sekali rasanya aku tuk bisa menggapai asanya yang selalu berharap untukku bisa bertahan. Tetapi, siapalah aku ini, siapa pula ia? Khayalan kah? Bukankah aku telah mengunci erat pintu khayal itu? Lalu siapa dia? Sosok yang ada karena emosi belaka? Ah.. Banyak sekali pertanyaan yang tak mampu ku artikan, untuk apa aku bertanya jika sosok itu tak ada? Membuang-buang waktu saja.
Tapi apa aku akan menyerah begitu saja? Daya khayalku yang menganggapnya pecundang hampa saja tidak pernah berhenti menemani.. Lalu, ku sebut apa aku ini kalau bisa-bisanya aku menyerah dan bertepi?
Ya aku harus buktikan, bahwa aku memang akan menjadi sekuat sosok yang ia impikan, setegar angan yang ia bangkitkan.
Karena sebuah tujuan, takkan berarti tanpa ada pencapaian dan proses yang tak terkalahkan.
No comments:
Post a Comment